STANDART 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA
KEHAMILAN
1.1
Menetapkan Masalah Mutu yang diselenggarakan
Penyebab
kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung dan tidak
langsung. Kematian obsterik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan
antara lain perdarahan 28%, infeksi 11% dan eklampsi 24,5%, partus lama 5,2%.
Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang
sudah ada sebelum kehamilan/persalinan antara lain anemia, kurang energy kronik
(KEK) dan hipertensi kronik 5 – 10 %. Angka kejadian hipertensi kronik pada
berbagai populasi berbeda 0.5 – 4% (rata-rata 2.5%). Hipertensi kronik pada
kehamilan 80% idiopatik dan 20% oleh karena penyakit ginjal.
Hipertensi
menyebabkan gangguan sekitar 5 -10 persen dari seluruh kehamilan, dan dapat
menjadi suatu komplikasi yang mematikan, yaitu pendarahan dan infeksi, yang berkontribusi
besar terhadap morbiditas dan angka kematian ibu. Dengan hipertensi, sindrom
preeklampsia, baik sendiri atau yang berasal dari hipertensi kronis, adalah
yang paling berbahaya. WHO meninjau secara sistematis angka kematian ibu di
seluruh dunia (Khan dan rekan, 2006), di negara-negara maju, 16 persen kematian
ibu disebabkan karena hipertensi. Persentase ini lebih besar dari tiga penyebab
utama lainnya: perdarahan-13 persen, aborsi-8 persen, dan sepsis-2 persen.
1.2
Menetapkan Prioritas Masalah
Dari sumber
data yang diperoleh melalui kajian pustaka penulis mendapatkan data yakni
sebuah tinjauan yang dilakukan oleh WHO angka kematian ibu di seluruh dunia 16%
kematian ibu disebabkan karena hipertensi. Persentase ini lebih besar dari tiga
penyebab utama lainnya: perdarahan 13%, aborsi-8%, dan sepsis-2%. (Khan dan
rekan, 2006)
Dari sinilah
penulis menetapkan prioritas masalah yakni pentingnya pengelolaan hipertensi
dalam kehamilan baik itu hipertensi ataupun hipertensi kronik.
1.3
Analisis Masalah
Berdasarkan
Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000, yang menjelaskan Efek hipertensi
kronik pada kehamilan adalah solution plasenta, preeclampsia, gangguan
perinatal hingga kerusakan organ-organ vital tubuh dikarenakan hipertensinya.
Sehingga dari sinilah penulis menganalisis masalah yang diakibatkan hipertensi
kronik sangatlah besar, jadi apabila tidak ada penanganan secara dini maka akan
berakibat fatal terhadap ibu maupun janin. Selain itu, pengelolaan dini
hipertensi kehamilan juga dapat mempengaruhi persalinan ibu. Ibu yang dideteksi
secara dini dapat melakukan persalinan dengan aman baik secara seksio secaria
ataupun pervaginam jika memang memungkinkan
1.4
Kajian Masalah
Dari hasil
pencarian penulis melalui situs web didapatkan angka kematian ibu yang
disebabkan pre eklamsi adalah 24,5%.
Angka ini
masih tergolong sangat tinggi. Penulis berpendapat bahwa hal ini terjadi karena
beberapa faktor :
a.
Banyaknya ibu hamil yang tidak mau melakukan kunjungan ANC (K1-K4)
b.
Banyaknya ibu hamil yang hanya berkunjung sekali (K1,K2, atau K4 saja) sehingga
tenaga kesehatan kurang bisa melakukan deteksi secara maksimal ataupun kalau
bisa sudah terlambat.
c.
Terbatasnya tenaga kesehan yang berada didekat ibu hamil, sehingga tidak bisa
melakukan deteksi hipertensi.
d.
Jarak tempuh yang terlalu jauh dapat mengakibatkan terlambatnya penanganan.
e.
Masih banyaknya dukun disekitar ibu hamil, sehingga mereka lebih mempercayainya
dibandingkan dengan bidan/tenaga kesehatan lainnya.
1.5
Menetapkan dan Menyusun Upaya Penyelesaian
1) Hipertensi
Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang mungkin disebabkan oleh
faktor heriditer serta dipengaruhi oleh faktor emosi dan lingkungan. Tekanan
darah sekitar 140/90 sampai 160/100. Penanganan
a) Dalam kehamilan :
Dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan, jika perlu,
dikonsuiltasikan kepada ahli.
Dianjurkan cukup istirahat, menjauhi emosi, dan jangan bekerja jangan
terlalu berat
Penambahan berta badan yang agresif dicegah. Dianjurkan untuk diet tinggi
protein, rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam.
Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, di samping pemeriksaan biasa,
dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrodiografi
fetal. Ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah
janin, dan sebagainya
Pemberian obat-obatan :
a) Anti-hipertensif:
serpasil, katapres, minipres, dan sebagainya.
b) Obat penenang :
fenobarbital, valium, frisium ativan, dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus
dipikirkan bila ada tanda-tnda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau
pre-eklamsi berat), apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan.
Pengakhiran kehamilan ini sebaiknya dirundingkan antar disiplin dengan ahli
penyakit dalam ; apakah memang ada ancaman terhadap jiwa wanita ini. (Rustam
Mochtar ; 1998 : 143)
2) Penyakit Ginjal
Hipertensif
Penyakit ginjal dengan gejala hipertensi yang dijumpai pada wanita hamil
adalah :
· Glomerulonerfritis akut
dan kronik.
· Pielonefritis akut dan
kronik
Penanganan :
1. Pemeriksaan
antenatal yang baik di mana pengobatan penyakit ginjal bekerja sama dengan ahli
nefrologi
2. Keadaan ibu
dan pertumbuhan janin harus diawasi
3. Berat tidaknya
penyakit dan perlu tidaknya pengakhiran kehamilan adalah atas indikasi dan
pembicaraan beberapa disiplin ilmu yaitu kebidanan penyakit dalam, dan ilmu
kesehatan anak.(Rustam Mochtar ; 1998 : 144)
3) Hipertensi
Pencegahan :
§ Pembatasan teori, cairan, dan diet rendah
garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat
membahayakan janin.
§ Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain
dalam mencegah hipertensi karena kehamilan terbukti.
§ Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan
penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindaklanjuiti secara reguler dan diberi
penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam
rencana pendidikan keluarga (suami, orang tua, metua, dll) harus dilibatkan
sejak awal.
§ Pemasukan cairan terlalu banyak
mengakibatkan edema paru.
Penanganan
Jika kehamilan <37 :=":" jalan="jalan"
minggu="minggu" o:p="o:p" rawat="rawat"
secara="secara" tangani="tangani">
§ Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
kondisi janin setiap minggu,
§ Jika tekanan darah meningkat, tangani
sebagai preeklampsia
§ Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan
4) Pre-eklampsia dan
Eklampsia
Pre-Eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi
yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama.
Untuk mencegah kejadian pre-eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat
tentang dan berkaitan dengan :
1. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan
berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein
dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan
3. Pengawasan
antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :
§ Uji kemungkinan pre-eklampsia :
§ Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikanya
§ Pemeriksaan tinggi fundus uteri
§ Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
§ Pemeriksaan protein dalam urin
§ Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi
ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.
§ Penilaian
kondisi janin dalam rahim
§ Pemantuan tinggi fundus uteri
§ Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam
rahim, denyut jantung janin, pemantuan air ketuban
§ Usulkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografi.
Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
terpilih dan terpuji.
a.
Pre-eklampsia ringan
§ Bisa dilakukan dirumah
§ Peningkatan partum plasenta dan ginjal yang
baik
1. Sering beristirahat
seharian, dalam posisi tidur menyamping
2. Dapat diberikan
pedoman khusus yang berkenaan dengan waktu istirahat, termasuk jumlah waktu
istirahat, jumlah waktu istirahat setiap hari dan aktivitas seharian yang
dianjurkan atau dihindari.
3. Semakin khusus
petunjuk yang diberikan, ibu cenderung dapat memahami dengan jelas segala
informasi dan batasannya
§ Peningkatan perfusi plasenta dan gagal ginjal yang baik
1. Susunan makanan
sebaiknya mengandung tinggi protein ( 80-100 gr/hari atau 1,5 gr/kg/hari)
2. Asupan natrium
sebaiknya dalam jumlah sedang, tidak melebihi 6 gr/hari
§ Modifikasi diet
1. NSTs dan atau
riwayat biofinis dilakukan setiap minggu
2. Ujian tambahan
meliputi rangkaian USG untuk mengevaluasi pertumbuhan janin, amniosintesis
untuk menentukan kematangan paru-paru janin dan uji stress kontraksi, jira
hasil NSTs mengindikasikan kepentingan uji tersebut.
§ Evaluasi keadaan umum
1. Ibu dipantau
setiap 1-2 minggu
2. memberikan
pemahaman pada ibu agar dapat mengenali tanda keadaan yang buruk
3. Lakukan pemantauan
tekanan darah di rumah setiap hari
b. Pre-Eklampsia Berat
§ Dihospitalisasi jika perlu
§ Peningkatan kesejahteraan ibu
1. Tirah baring total
dalam posisi miring kiri, yang dapat mengurangi tekanan pada vena kava, dengan
demikian perfusi meningkat. Aliran darah ke ginjal yang meningkat, membantu
mengurangi kadar angrotensin II, meningkatkan diuresis, serta menurunkan
tekanan darah.
2. Protein tinggi,
diet garam dalam jumlah sedang, dilanjutkan
3. Berat badan ibu
ditimbang setiap hari ( untuk mendeteksi odema) dan dievaluasi bila ada
perubahan kondisi, melalui pengkajian tekanan darah, suhu tubuh, reflekstendon
profunda serta klonus, odema (menyeluruh dan piting), sakit kepala, gangguan
penglihatan dan nyeri epigastrik.
§ Terapi Pengobatan
1. Magnesium sulfat
(MgSo4) ; pengobatan pilihan untuk pencegahan konveksi
2. Pemberian obat
penenang dengan fenobarbital 30-60 mg per oral setiap 6 jam bisa diindikasikan
3. Obat antiperientif
seperti hidrolazin (apresoline) atau labetalol (normodyne) mungkin digunakan
jika nilai tekanan diastolik sebesar 110 mmhg atau di atasnya. Cairan dan
elektrolit digantikan seperlunya, bergantung pada keadaan ibu.
c. Eklampsia
§ Tindakan untuk mengontrol kejang, bisa
meliputi pemberian magnesium sulfat per bolos, obat penenang jika diperlukan
dilantin untuk pencegahan kejang
§ Terapi yang sebelumnya didiskusikan
§ Pertahankan jalan nafas
§ Ibu dipantau bila ada odema paru yang
mungkin diterapi furosemild clasix
§ Digitalis diberikan untuk mengatasi
kegagalan sirkulasi
§ Ibu bisa dipindahkan ke unit perawatan
intensif
d. Syarat-syarat
pemberian MgSo4
§ Frekuensi pernafasan minimal 16
kali per menit
§ Reflek pattela (+)
§ ASI minimal 30 ml 30 ml/jam
dalam 4 jam terakhir
(Maternal Neonatal 2002 ; M 39)
1.5 Melaksanakan dan
menyelesaikan
1. Hipertensi
Esensial
Dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal yang
teratur. Dianjurkan cukup istirahat, menjauhi emosi, dan jangan bekerja jangan
terlalu berat. Penambahan berta badan dianjurkan untuk diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak, dan
rendah garam.
Pemberian obat-obatan : Anti-hipertensif:
serpasil, katapres, minipres, dan sebagainya. Obat penenang :
fenobarbital, valium, frisium ativan, dan sebagainya.
2.
Penyakit Ginjal Hipertensif
Keadaan ibu dan pertumbuhan janin harus diawasi.
Pemeriksaan antenatal yang baik di mana pengobatan penyakit ginjal bekerja sama
dengan ahli nefrologi.
3.
Hipertensi
Pembatasan teori, cairan, dan diet rendah garam
tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan
janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena
kehamilan terbukti. Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan
cepat-tepat. Kasus harus ditindaklanjuiti secara reguler dan diberi penerangan
yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana
pendidikan keluarga (suami, orang tua, metua, dll) harus dilibatkan sejak awal.
Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru. (Sarwono, 20005 ;
211)
Penanganan jika kehamilan <37 :=":"
jalan="jalan" minggu="minggu" o:p="o:p"
rawat="rawat" secara="secara"
tangani="tangani">
§ Pantau tekanan darah, proteinuria, dan
kondisi janin setiap minggu,
§ Jika tekanan darah meningkat, tangani
sebagai preeklampsia
§ Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.
4.
Pre-eklampsia dan Eklampsia
Diet-makanan Makanan tinggi protein, tinggi
karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak, pengawasan antenatal (hamil), dan
cukup istirahat.
Pre-eklampsia ringan
Bisa dilakukan dirumah, sering
beristirahat seharian, dalam posisi tidur menyamping, susunan makanan sebaiknya mengandung tinggi protein ( 80-100 gr/hari atau
1,5 gr/kg/hari), asupan natrium sebaiknya dalam jumlah sedang, tidak
melebihi 6 gr/hari.
Pre-Eklampsia Berat
Dihospitalisasi jika perlu, tirah baring total
dalam posisi miring kiri, yang dapat mengurangi tekanan pada vena kava, dengan
demikian perfusi meningkat. Protein tinggi, diet garam dalam
jumlah sedang, dilanjutkan berat badan ibu ditimbang setiap hari ( untuk
mendeteksi odema) dan dievaluasi bila ada perubahan kondisi, melalui pengkajian
tekanan darah, suhu tubuh, reflekstendon profunda serta klonus, odema
(menyeluruh dan piting), sakit kepala, gangguan penglihatan dan nyeri
epigastrik.
§ Terapi Pengobatan
1. Magnesium sulfat
(MgSo4) ; pengobatan pilihan untuk pencegahan konveksi
2. Pemberian obat
penenang dengan fenobarbital 30-60 mg per oral setiap 6 jam bisa diindikasikan
3. Obat antiperientif
seperti hidrolazin (apresoline) atau labetalol (normodyne) mungkin digunakan
jika nilai tekanan diastolik sebesar 110 mmhg atau di atasnya. Cairan dan
elektrolit digantikan seperlunya, bergantung pada keadaan ibu.
Eklampsia
Tindakan untuk mengontrol kejang, bisa meliputi
pemberian magnesium sulfat per bolos, obat penenang jika diperlukan untuk
pencegahan kejang
§ Terapi yang sebelumnya didiskusikan
§ Pertahankan jalan nafas
§ Ibu dipantau bila ada odema paru yang
mungkin diterapi furosemild clasix
§ Digitalis diberikan untuk mengatasi
kegagalan sirkulasi
§ Ibu bisa dipindahkan ke unit perawatan
intensif
e.
Syarat-syarat pemberian MgSo4
§ Frekuensi pernafasan minimal 16
kali per menit
§ Reflek pattela (+)
§ ASI minimal 30 ml 30 ml/jam
dalam 4 jam terakhir
(Maternal Neonatal 2002 ; M 39)
1.6 Memantau dan
Menilai Kontak Masalah
Saat ini angka kejadian hipertensi masih sangat tinggi. Jadi diperlukan
perbaikan dalam hal sarana dan prasarana seperti, meningkatkan desa siaga
dan juga dari tenaga kesehatan.